Pengalaman adalah guru yang paling baik, begitu kata pepatah bijak. Kita bisa mengambil pelajaran dari setiap pengalaman, entah itu pengalaman pribadi ataupun pengalaman dari orang lain. Pengalaman yang menarik akan selalu membekas dalam ingatan, membuat kita tersenyum-senyum bila mengingatnya, apalagi kalau kejadian itu lucu, kocak, atau menyenangkan. Tetapi mengingat pengalaman juga akan membuat trauma, bila kejadian yang telah menimpa kita adalah kejadian buruk, peristiwa yang tidak kita kehendaki. Semakin teringat, semakin tersiksa kita dibuatnya. Aku mungkin orang yang mudah teringatkan oleh romantisme pengalaman, apalagi pengalaman baru yang menyenangkan. Selalu akan terngiang-ngiang dan terkenang, jika sewaktu-waktu melamun dengan diiringi musik yang membuat aku ingat pada peristwa itu. Pikiran akan melayang-layang dan berusaha menghadirkan kenangan itu.
Seperti itulah yang terjadi padaku Saat ini, aku telah menuliskan penggalan–penggalan pengalamanku yang bagiku sangat menarik untuk ditulis. Aku telah mencoba mengingat semuanya walaupun tidak seluruhnya dapat tercover, karena aku merasa sulit untuk menceritakannya kembali secara utuh dan detail. Satu baris dua baris, akhirnya berbaris-baris telah aku tulis, kata-kata seakan datang dan bermunculan memenuhi kertas dengan sendirinya, lembaran demi lembaran telah aku hasilkan. Lumayan… sekedar untuk jadi catatan kenangan buatku. Yang sewaktu-waktu akan kubaca jika aku inginkan. Dikirimkan keorang lain? supaya dibaca orang? Ah……Tidak !!!. “ Aku tidak berpikiran untuk mengirimkannya pada siapapun!”. begitu batinku. “kirimkan saja Wan !!”. kata bisikan suara lain. “Kirimkan ??”. tanyaku. “Kirimkan pada siapa ??”. kembali aku bertanya.. Tiba-tiba aku ingat beberapa nama, salah satunya adalah namamu ya! “Kamu”! pekikku. Ya …kamu salah satunya, nama yang sempat teringat terakhir kali ketika aku mau kembali ke Jogja, sayang aku tidak sempat pamit dan say good bye sama kamu. Tapi kenapa harus kamu ?? berbagai pertanyaan silih berganti mengusikku. Bukankah aku Cuma kenal sesaat dan tidak terlalu akrab.”Justru itu…Wan!!”. Dulu kamu Cuma mengenalnya sebentar, kenalpun kamu tidak meninggalkan kesan, jangan-jangan dia salah tentangmu!. Bisa jadi kamu dianggapnya tidak bersahabat, sok, jutek dan lain sebagainya, kasihan kan kamu ?! suara itu kembali mengusik ruang dengarku untuk kesekian kalinya. “aku, kamu, mereka” hadir dan menjadi bagian dari kisahmu itu”.begitu suara itu meyakinkan aku. Iya……ya…aku sempat kenal sama kamu dan temanmu.
Waktu itu kesannya garing, aku jadi orang yang menyebalkan dan teman ngobrol yang tidak menyenangkan, aku sadari itu dan aku sangat menyesal, andai waktu bisa kembali…akh andai saja. Nah…mungkin dengan mengirimkan catatan ini akan sedikit banyak memberitahukan secara tidak langsung bahwa aku tidak seperti itu – jutek dsb- dan aku yakin kawan-kawannya jika kelak membaca tulisan ini akan sependapat denganku dan mereka mengerti aku — semoga — itu harapanku. Untuk yang kesekian kalinya kubaca tulisanku, sebelum kukirimkan nanti. Ku ulangi lagi membacanya……seperti inilah catatan kenanganku… ?
AGUSTUS 2003 [ ? ] “Wan..! lo mo ikut nggak? acara bersama mahasiswa Islam dan Kristen, pokoknya bakalan seru deh.” begitu kata Gorgom, temanku sekampus disuatu siang. Gorgom yang nama aslinya Heri Bertus adalah mahasiswa jurusan perbandingan agama (Teologi) satu angkatan denganku (angkatan 98, hik..hik..angkatan tua ya ?) selain itu dia adalah sarjana arsitektuk lulusan dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Gorgom merupakan ketua dari KMAIY (komunitas muda antar iman yogyakarta) yang punya interest terhadap kegiatan lintas iman seperti dialog antar agama, sedangkan aku adalah aktivis komunitas seni yang banyak berkutat dibidang seni teater, musik dan seni pertunjukan lainnya. sanggar nuun, nama sanggar kesenian kampus tempatku , selain itu aku juga sempat aktif menjadi pengurus beberapa organisasi baik itu intra kampus, ekstra kampus, organisasi kedaerahan maupun organisasi lainnya diluar kampus, seperti saat ini aku diberi kepercayaan menjadi ketua komunitas JARINGAN (Jaring-jaring Kebudayaan Yogyakarta ) komunitas yang konsen terhadap kebudayaan secara umum dan kesenian secara khususnya komunitas yang aku pimpin beranggotakan 14 komunutas seni (sanggar-sanggar seni) dari 10 kampus yang ada di Yogyakarta seperti UGM, IAIN JOGJA, ABAYO, STIEYO, STIEKERS, STENKO, AASW, AMIK WISMAYO dan lain sebagainya he..he..he..aku lumayan hebat kan ? ( nggak nanya weks……!!!)
Selain di bidang seni, aku juga menaruh perhatian besar pada hal-hal yang bersifat kemanusiaan, lingkungan hidup, kajian sosial budaya dan toleransi antar umat beragama, juga masalah Teologi, Ketika diajak jadi delegasi dari Jogja untuk mengikuti forum mahasiswa Islam - Kristen tanpa berpikir panjang aku mengiyakan ajakan dari Gorgom. Oh….ya aku biasa di panggil Awan dan akrab disapa dengan nama itu –A-W-A-N- entahlah….mungkin orang sini( kawan-kawan Jogja ) kerap memanggilku seperti itu karena aku memang seperi awan! kadang putih, tak jarang hitam , kadang mendung, tiba-tiba dengan cepat berubah cerah, kadang diam ditempat tapi juga sering terlihat berjalan-jalan………hmm seperti awan yang selalu mengikuti suasana hatinya, tapi nama kecilku memang awan sich…kependekan dari RIDWAN Makanya temen-temen lamaku agak asing dan merasa nggak kenal kalo aku dipanggil awan “tapi nggak apa-apalah ntar juga tau .“ bisikku dalam hati. Bersambung… (ke bagian ke-2)
Labels:
Journey
Thanks for reading Kisah Kinasih (Part I). Please share...!
2 Comment for "Kisah Kinasih (Part I)"
:-)
keduax :-)