sharing is caring

Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar

LATAR BELAKANG PEMBELAJARAN TEMATIK
Dasar Penerapan Pembelajaran Pembelajaran Tematik
Penerapan pembelajaran tematik untuk kelas 1 – 3 Sekolah Dasar mengacu kepada Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22 tahun 2006. dinyatakan bahwa pembelajaran kelas 1 – 3  SD dilaksanakan melalui pendekatan tematik. 

Pengertian Pembelajaran Tematik
pembelajaran tematik adalah pembelajaran terpadu yang menggunakan tema untuk mengaitkan beberapa mata pelajaran.
Batasan waktu dan cakupan materi kegiatan siswa di sekolah  didasarkan pada tema yang dikembangkan, bukan didasarkan pada jadwal mata pelajaran.

      Karateristik Pembelajaran Tematik
Pembelajaran tematik memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa
Pembelajaran tematik berpusat pada siswa.  Hal ini sesuai dengan pendekatan belajar terkini  yang lebih banyak menempatkan siswa sebagai subjek belajar, sedangkan guru lebih banyak berperan sebagai fasilitator yaitu memberikan kemudahan-kemudahan kepada siswa untuk melakukan aktivitas belajar.

2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik dapat memberikan pengalaman langsung kepada siswa Dengan pengalaman langsung ini, siswa dihadapkan pada sesuatu yang nyata (konkrit) sebagai dasar untuk memahami hal-hal yang lebih abstrak.

3. Pemisahan mata pelajaran tidak begitu jelas
Fokus pembelajaran diarahkan kepada pembahasan tema-tema yang paling dekat berkaitan dengan kehidupan siswa

4. Menyajikan konsep dari berbagai mata pelajaran
Pembelajaran tematik menyajikan konsep-konsep dari berbagai mata pelajaran dalam suatu proses pembelajaran. Dengan demikian. Siswa mampu memahami konsep-konsep tersebut secara utuh. Hal ini diperlukan untuk membantu siswa dalam memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.

5. Bersifat fleksibel
Pembelajaran tematik bersifat luwes (fleksibel) dimana guru dapat mengaitkan bahan ajar dari satu mata pelajaran dengan mata pelajaran yang lainnya, bahkan mengaitkannya dengan kehidupan siswa dan keadaan lingkungan dimana sekolah dan siswa berada.

6. Hasil pembelajaran sesuai dengan minat dan kebutuhan siswa
Siswa diberi kesempatan untuk mengoptimalkan potensi yang dimilikinya sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan


 Keuntungan  Pembelajaran Tematik      
1.       Siswa mudah memusatkan perhatian pada suatu tema tertentu
2.       Siswa mampu mempelajari pengetahuan dan mengembangkan berbagai kompetensi dasar antar mata pelajaran dalam tema yang sama
3.       Pemahaman terhadap materi pelajaran lebih mendalam dan berkesan
4.       Kompetensi dasar dapat dikembangkan lebih baik dengan mengkaitkan mata pelajaran lain dengan pengalaman pribadi siswa
5.       Siswa mampu lebih merasakan manfaat dan makna belajar karena materi disajikan dalam konteks tema yang jelas.
6.       Siswa lebih bergairah belajar karena dapat berkomunikasi dalam situasi yang lebih nyata, untuk mengembangkan suatu kemampuan dalam satu mata pelajaran sekaligus mempelajari mata pelajaran lain.
               

      SPESIFIKASI BUKU TEMATIK   
Filosofi pembelajaran
Filosofi buku pembelajaran tematik merupakan perpaduan beberapa aliran, (aliran progresivisme, konstruktivisme, dan humanisme)

Aliran progresivisme memandang proses pembelajaran perlu ditekankan pada pembentukan kreativitas, pemberian sejumlah kegiatan, suasana yang alamiah, dan memperhatikan pengalaman siswa.

Aliran konstruktivisme memandang bahwa pengetahuan adalah hasil konstruksi,  mengkonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan obyek, pengalaman dan lingkungannya.  Pengetahuan tidak dapat ditransfer begitu saja dari seorang guru kepada siswa, tetapi harus diinterprestasikan sendiri oleh masing-masing siswa. Pengetahuan bukan sesuatu yang sudah jadi, melainkan suatu proses yang berkembang terus menerus. Jawaban siswa atas suatu persoalan adalah jawaban yang ”masuk akal bagi siswa”

Aliran humanisme melihat siswa dari segi keunikan/kekhasannya, potensinya, dan motivasi yang dimilikinya.

Kegiatannya bersifat konstruktif yang memungkinkan siswa membangun pengetahuannya sendiri, bukan kegiatan yang bersifat mentransfer pengetahuan dari guru kepada siswa. Kegiatannya sangat variatif dan kreatif, Uraian pada setiap kegiatan tidak dimaksudkan sebagai materi pembelajaran yang harus ”dihafal”  atau ditirukan siswa, melainkan sumber belajar yang membuat  siswa memperoleh pengalaman.

Penekanan pembelajaran tematik bukan banyaknya fakta dan konsep yang diketahui oleh siswa, melainkan tahu cara mempelajari sesuatu. Siswa belajar tentang bagaimana cara belajar.
Sebagian besar  kegiatan  siswa dituntut untuk melakukan,  sehingga hasil belajarnya dapat lebih maksimal, sesuai dengan pengalaman belajar
Siswa diberi kesempatan untuk mengekpresikan atau mengkomunikasikan gagasannya sehingga siswa dirangsang untuk berpikir secara produktif. Dalam hal ini peran guru betul-betul sebagai fasilitator, motivator, dan mentor.


       
Cakupan Mata pelajaran
Buku tematik mencakup 7 mata pelajaran, yaitu: Pendidikan Kewarganegaraan, Bahasa Indonesia, Matematika, Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Pengetahuan Sosial, Seni Budaya dan Keterampilan, serta Pendidikan Jasmani, namun jika dirasa perlu pelajaran atau muatan lainnya juga bisa mengikuti tema, atau diajarkan terpisah
       

Pola Kegiatan
Setiap satuan kegiatan harian disusun dengan menggunakan pola pembukaan, kegiatan inti dan kegiatan penutup
Fasilitator / guru mempertajam penguasaan kompetensi  siswa dengan pertanyaan ”mengapa atau bagaimana caranya”, sebab pembelajaran konstruktivistik yang diutamakan bukan hasilnya, tetapi prosesnya. Dengan pertanyaan ”mengapa atau bagaimana caranya” menuntut siswa untuk mengungkapkan gagasannya, dan dengan mengungkapkan gagasannya penguasaan kompetensi siswa semakin kuat dan dalam. Sekaligus mengembangkan kompetensi aspek berbicara. Strategi ini merupakan strategi pembelajaran konstruktivistik.


SOSIALISASI UNTUK  ORANG TUA SISWA
Tak dapat diingkari bahwa pendidik utama dan pertama adalah orangtua.
Guru tidak dapat menggantikan peran orangtua. Buku tematik yang dirancang dengan pendekatan pembelajaran terkini tidak akan maksimal memanusiakan siswa, jika guru dan orangtua tidak memiliki persepsi yang sama dalam hal pendidikan. Selain itu, dengan pelaksanaan pembelajaran tematik akan memunculkan berbagai pertanyaan yang dapat berujung pada suatu permasalahan. Pertanyaan yang mungkin akan dilontarkan oleh orangtua kepada pihak sekolah, antara lain:
Timbul Pertanyaan
·    Apakah anaknya tidak akan mengalami kesulitan menghadapi ujian akhir sekolah, karena dari kelas 1 sampai kelas 3 SD tidak memiliki buku teks dan buku catatan yang lengkap dan sistematis memuat materi pelajaran sesuai dengan mata pelajarannya?
·    Apakah sekolah tidak membuang-buang waktu, sehingga orangtua merasa dirugikan, jika setiap hari di sekolah anak banyak menyanyi, bermain, dan bercerita?


Sebagian Jawaban atas pertanyaan -pertanyaan
·      Materi pelajaran kelas 1 – 3 SD tidak akan diujikan dalam ujian akhir. Lebih dari itu,  yang seharusnya dikembangkan pada anak ksl 1-3 SD adalah cara berpikirnya. Maka tidak terlalu  perlu anak menghafalkan berbagai fakta dan konsep.
·      Menyanyi, bermain, dan bercerita adalah dunia anak-anak. Menghilangkan ketiga kegiatan tersebut sama halnya mencabut mereka dari dunianya yang dapat berakibat pertumbuhan yang kurang optimal, bahkan dapat berdampak terjadi  depresi pada anak. Maka kegiatan tersebut sebaiknya terus dikembangkan.

Untuk Guru dan Orang Tua
Tidak hanya berlaku bagi guru di sekolah, tetapi juga bagi orangtua dalam mendampingi
anaknya. Yang perlu ditekankan adalah dalam pendampingan belajar bukan menghafal materi
pelajaran, tetapi dipertajam caranya. Orang tua dan guru bisa saling berdiskui

Ciri cara belajar anak dan pembelajaran bermakna
Ciri cara belajar anak dan pembelajaran anak menjadi alasan utama diterapkannya pembelajaran tematik. Ciri cara belajar  anak, yaitu:
·    Konkrit: proses belajar beranjak dari hal-hal yang konkrit. Pemanfaatan lingkungan akan menghasilkan proses belajar dan hasil belajar yang lebih bermakna dan bernilai.
·    Integratif: anak memandang sesuatu yang dipelajari sebagai suatu keutuhan. Mereka belum mampu memilah-milah dari berbagai disiplin ilmu. Mereka berpikir deduktif, yakni dari hal umum ke bagian demi bagian.
·    Hirarkis: cara anak belajarberkembang secara bertahap mulai dari hal-hal yang sederhana ke hal-hal yang lebih kompleks.
·    Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami langsung apa yang dipelajarinya dengan mengaktifkan lebih banyak indera daripada hanya mendengarkan guru menjelaskan sesuatu.

Model pembelajaran tematik
Orang tua  sebaiknya tahu mengapa dalam pembelajaran dipolakan menjadi 3 bagian: pembukaan, inti, dan penutup. Termasuk juga bagaimana orangtua dapat memanfaatkan pesan moral dan icon umpan balik. Icon merupakan sarana komunikasi  yang sangat praktis antara guru, siswa, dan orangtua. Orangtua juga perlu meluangkan waktu untuk mendongeng kepada anaknya, sekalipun untuk dongeng yang sudah didongengkan oleh guru di sekolah.
Orangtua juga dapat mempertajam dan mengembangkan pesan moral yang ada. Bila perlu sampai pengaruh televisi terhadap perkembangan sosial siswa.

Sosialisasi bertujuan agar pembelajaran tematik, terlebih diterapkannya filosofi konstruktivisme dalam dunia pendidikan dapat terwujud, dan memberikan pembelajaran dan pengalaman yang terbaik untuk siswa



Labels: Edukasi, Fathia Islamic School, Kesiswaan, Sekolah Alam Sukabumi

Thanks for reading Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar. Please share...!

0 Comment for "Pembelajaran Tematik di Sekolah Dasar"

@artridwan | www.artridwan.com. Diberdayakan oleh Blogger.
Back To Top